Seperti Zat Adiktif, Seri The Chronicles of Audy Membuat Candu
Hai.
Namaku Audy.Umurku masih 22 tahun. Hidupku tadinya biasa-biasa saja, sampai aku
memutuskan untuk bekerja di rumah 4R dan jatuh hati pada salah seorang di
antaranya.
Kuakui
aku bertingkah (super) norak soal ini, tapi kenapa cowok itu malah kelihatan
santai-santai saja? Setengah mati aku berusaha jadi layak untuknya, tapi dia
bahkan tidak peduli.
Di
saat aku sedang dipusingkan oleh masalah percintaan ini, seperti biasa, muncul
masalah lainnya.
Tahu-tahu
saja, keluarga ini berada di ambang perpisahan!
Aku
tidak ingin mereka tercera-tercerai berai, tapi aku bisa apa?
Ini,
adalah kronik dari kehidupanku yang masih saja ribet.
Kronik
dari seorang Audy.
Aku sangat bahagia begitu pertama kali mendapat
kabar bahwa buku ini akan rilis, begitu tidak sabar menantikan kehadirannya di
tokoh buku dan begitu penasaran bagaimana kelanjutan kisah dari Audy Nagisa
bersama 4R. Penantianku ternyata berbuah manis, karena aku mendapatkannya juga
walau harus melalui perjuangan panjang. Huffttt….
Di seri ini, kronik kehidupan Audy masih berlanjut.
Bahkan dibandingkan dengan seri sebelumnya, menurutku inilah paling kronik. Ada
beberapa konflik yang terdapat di sini. Masalah Rafael dengan sekolahnya,
perpisahan yang mengancam keluarga 4R, dan seperti yang pembaca terka selama
ini, masalah cinta segitiga Rex-Audy-Romeo, walau belum begitu terasa.
Seperti seri sebelumnya, aku memperlakukan seri ini
dengan istimewa. Aku harus menahan diri untuk membacanya sebelum kubungkus
plastik. Namun karena terprovokasi oleh beberapa komentar pembaca setia Audy,
aku tidak menunggu lebih lama lagi untuk membuka halaman pertama. Dan setelah
membacanya, aku tahu kenapa respon pembaca jadi menggila seperti itu.
Oke, mari kita ulas satu-satu!
Bagian
Audy-Rex
Sejujurnya ini adalah alasan pertama kenapa aku
begitu mencintai seri ini. Kisah asmara dua manusia yang jauh berbeda dalam
segala hal ini sungguh membuatku larut.
Audy dengan tingkahnya yang norak sedangkan Rex adalah manusia cool sedunia. Audy yang… oke hanya orang
tidak peka yang tidak paham dengan ketololannya, sedangkan Rex adalah manusia
super genius. Dan masih banyak perbedaan
di antara mereka yang tidak akan habis kita bahas dalam sehari saja.
Di seri ini kencan pertama mereka akhirnya tercapai,
walau berawal dari usulan konyol Audy. Terdengar wajar, sih, untuk kalangan
remaja, tapi itu tidak akan terdengar wajar jika cowoknya adalah Rex, cowok
berotak rumit. Ketika Rex mengiakan, Audy merasa ini adalah mukjizat yang datang hanya sekali
seumur hidup. Sangat amat wajar jika dia langsung antusias. Segala cara dilakukan demi kencan pertamanya,
termasuk mencari referensi cafe-cafe di sekitar Yogyakarta.
Namun Audy… ya, Audy. Segala tingkah dan kalimatnya
selalu mengundang tawa. Untuk bagian ini, aku kasih empat jempol buat
penulisnya. Ada saja ke-absurd-an
Audy yang anehnya membuatku sebagai pembaca jadi malu.
“Acara
apaaa….” Aku melambaikan tangan sambil tertawa (lebih sumbang dari yang
kuharapkan), tapi lantas teringat sesuatu “Rex. Aku belum mandi.”
“Aku
akan lebih kaget lagi kalo kamu bilang sebaliknya,” balas Rex lempeng. “Tapi
kamu berencana mandi dulu, kan?”
“Pake
kembang, kalo perlu,” selorohku, membuat mukanya menegang.
“Tolong,
jangan,” sergah Rex.(Halaman 63)
Rex
dengan IQ dan pikiran tak terkira.
Di seri ini ke-genius-an Rex semakin diperjelas. Ya, walau di seri sebelumnya
hal ini sudah ditampilkan, namun sama dengan Audy, aku tidak menyangka Rex
bahkan lebih dari itu.
“Rex,
IQ kamu itu 152!” seruku, bangkit berdiri tanpa sadar. “Kamu bisa kenalan
dengan ‘Hai, aku Rex, IQ 152!”
“B.J.
Habibie nggak pernah memperkenalkan diri dengan ‘Hai, aku Habibie, IQ 200’,”
tukasnya dingin.(Halaman 44)
Selain dengan IQ yang bikin iri tujuh turunan, Rex
juga memiliki pikiran yang membuat orang normal dan selevelnya menjadi bingung.
Walau begitu Rex tetaplah manusia, dia masih bisa menujukkan perhatiannya
kepada Audy walau dengan cara yang membuat Audy menghindar. Ya, sesuatu yang
berawal ‘S’ itu. Hahaha….
Tapi jangan salah, Rex pun masih bisa berlaku
romantis. Walau dengan caranya sendiri, yang… lagi-lagi beda dari orang pada
umumnya.
“Apa
sih Rex, yang bikin kamu suka aku?” tanyaku, tak tahan lagi. “Maksudku, selain
teori Plato itu. Harusnya secara hukum alam atau apalah, kamu gemes—bukan dalam
artian baik—sama orang-orang kayak aku, kan? Aku… salah satu orang yang nggak
bisa ngerjain soal logaritma mudah itu.”
Tatapan
Rex kembali terfokus kepadaku. “Tapi kamu satu-satunya orang yang pengin aku
ajarin soal logaritma itu.” (Halaman 157)
Eaaaaaaaaaa….
Bagian Kegalauan Audy
Seperti yang kukatakan di awal, seri ini lebih
kronik dari seri sebelumnya. Audy yang memiliki rasa empati cukup tinggi selalu
merasa berkewajiban membantu segala masalah 4R. Mulai dari Rafael yang
bermasalah dengan sekolahnya, Regan dengan kariernya, Romeo dengan trauma
pacarannya, sampai kegalauannya sendiri mengenai cara berpikir Rex. Dan alasan
terakhir inilah yang membuat Audy merasa memiliki kesamaan dengan Romeo.
Ada masih banyak lagi sebenarnya, namun silakan temukan
sendiri kronik lain kehidupan Audy dengan membacanya.
Keunggulan
The Chronicles of Audy: 4/4
Masih sama dengan seri pertama dan kedua. Seri ini
masih berisi kekonyolan Audy yang bisa membuat kita tertawa sembari menggeleng
dengan mengucakan Istigfar.
Orizuka dengan trik dan magic-nya tetap kosisten
membius pembacanya. Gayanya yang ‘Orizuka’ banget, latarnya yang detail, sampai
pesan moral yang menyentil. Dia berhasil menyampaikan bagaimana rasa kehilangan
keluarga dengan cara yang tidak ngotot, tetap halus dan mengalir.
Oke. Karena setelah membacanya aku merasa belum
lega, yang berarti seri ini masih akan dilanjutkan, maka aku tetap akan memberi
bintang sebanyak empat. Tapi jangan khawatir! Aku menjamin seri ini tidak akan
membuatmu bosan, justru bakal membuatmu kecanduan, sama dengan kedua seri
sebelumnya. Itu baru membacanya, lho. Apalagi jika memilikinya? Beuh, sujud syukur, deh!
Keterangan Buku
Judul : The
Chronicles of Audy: 4/4
Penulis :
Orizuka
Penyunting : Yuli Yono
Cover
desainer dan illustrator : Bambang
‘Bambi’ Gunawan
Proofreader : KP Januwarsi
Jumlah
Halaman : 314 hlm;
19 cm
Penerbit : Penerbit
Haru
Tahun
Terbit :
2015
Lihat juga :
[Review] The Chronicles of Audy: 21-Orizuka
dan
[Review] The Chronicles of Audy: 4R-Orizuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar